Galaunya Guru: Guru Bawa Anak Ke Sekolah



Sepasang suami istri yang berprofesi guru sepakat untuk mengambil sepenuhnya proses pengasuhan anak mereka. Tidak melibatkan baby sitter. Lebih-lebih sang isteri yang ingin memberi ASI eksklusif untuk anaknya. Namun kadang mereka bingung untuk membagi peran. Siapa yang jaga anak saat mereka harus mengajar.

Apa anaknya dibawa ke kelas? Apa tidak mengganggu keberlangsungan KBM?

Sekolah saya sungguh beruntung punya ketua yayasan yang bijaksana. Beliau KH A'la Rotbi pernah bilang pada temu guru Al Qudwah,
 'Daripada guru di dalam kelas bengong, tidak fokus, dan tidak konsentrasi mengajar karena mikirin anaknya, nggak papa bawa anaknya ke dalam kelas tapi usahakan tidak terlalu mengganggu'.

Sebuah ujaran yang menyejukkan dan menyenangkan buat para ibu guru berikut suaminya.

Memang sebuah polemik. Kewajiban guru mengajar anak orang. Juga menjaganya. Tapi bisa jadi, anaknya malah tidak terjaga.

Mau pakai baby syster pun riskan, selain mengkhawatirkan pola asuh orang lain, bisa karena faktor keuangan yang cukup berat, terutama guru honor yang gajinya (hampir) sejumlah gaji baby sitter.

Menurut hemat saya, jika saya pimpinan di sekolah, boleh saja bawa anak ke sekolah asalkan tidak setiap hari, dan/atau tidak sangat mengganggu mengajar. Namun hal itu justru menjadi tantangan guru untuk meningkatkan kinerja dan prestasinya dengan memberikan ikhtiar terbaik untuk sekolah.

Beruntung kalau salah satunya tidak kerja atau kerja tapi jadwalnya bisa dikondisikan.

Seperti saya, isteri pernah ngajar di kampus dengan jadwal Kamis Sabtu yang hari itu saya bisa jaga anak. Kamis tidak ada jam ngajar, Sabtu libur karena sekolah kami menerapkan fulday school.

Posting Komentar