Maafkan Bunda Nak


Beberapa waktu lalu  saya dengan seorang teman sempat berdiskusi masalah 'menyekolahkan' anak usia 0-6 tahun.
Teman saya kekeh berpendapat bahwa usia segitu, anak harus belajar dirumah, berinteraksi dengan orang tua khususnya ibu. 6 tahun hanyalah waktu yang sebentar, jangan sampai kita menyiapkan nyiakanmya.
Saya mengaminkan hal itu jika memang kita mampu. Dalam artian kita sebagai orang tua mampu menghadirkan jiwa bukan sekedar raga kita bersama anak anak dirumah.
Saya akan sangat setuju jika memang orang tua mampu memenuhi segala kebutuhan guna memaksimalkan perkembangan anak. Misalnya mampu menjadi teman bermain, mampu memuaskan rasa ingin tahu anak, mampu mendampingi setiap aktifitas anak.

Tapi ternyata tidak semua keluarga mampu berada dalam kondisi ideal tersebut, banyak faktor yang melatarbelakangi. Mungkin karena lahir anak berikutnya yang usianya cukup dekat sehingga untuk aktifitas lapangan bunda kurang mampu mengawasi, atau mungkin orang tua harus mencari nafkah untuk keluarga,  sehingga kadang dibutuhkan partner  dalam hal ini 'lembaga pendidikan' di luar rumah untuk menjadi perpanjangan tangan orang tua dalam mendampingi tumbuh kembang anak.

Dan ternyata saya pun dalam kondisi tersebut, besar keinginan saya untuk memegang sendiri segala kebutuhan mas Jundi, berharap mampu memperkuat bonding kami. beberapa aktifitas mas Jundi di rumah bisa saya handle sambil
Mengendong atau menjaga adiknya yang berusia tiga bulan. Seperti mewarnai, bermain Lego, mengenal bentuk, mobil mobil, bantu bunda masak. Tapi ketika bermain di luar rumah, bersepeda, saya belum mampu mengontrol, saya tidak mungkin mengikuti mas Jundi sepanjang bersepeda. Berkumpul dengan temannya yang lebih dewasa dengan bermacam kosa kata dan tingkah yang kadang jadi oleh oleh setelah pulang.
Dari situ akhirnya saya pun mengACC mas Jundi yang sebenarnya dia sendiripun sudah minta 'sekolah'. Saya sadari ternyata saya perlu partner  yang sesuai, dimana di 'sekolah'  play grup saya yakinkan pengasuhannya sesuai dengan pandangan kami, kegiatan dan interaksi bisa terkontrol, kegiatannya lebih terarah sesuai dengan kebutuhan tumbuh kembang anak.

Saya sadari akan ada waktu kebersamaan yang berkurang, tapi saya berharap ini lebih baik dari pada hanya sekedar kami bersama raga namun tidak dengan jiwa. Saya membalas dendam waktu yang hilang itu dengan lebih dekat diwaktu pagi sebelum berangkat ke 'sekolah' membangunkan dengan mesra, membantu menyiapkan bekal, menyampaikan pesan romantis untuk menghabiskan bekal yang bunda buatkan, mengecupnya dengan penuh rindu.
Sesampai di sekolah, bunda selalu menanyakan kepada ibu guru apa aktifitas anak anak hari ini. Ibu guru pun sering mengirimkan foto. Ada mas Jundi yang sedang memotong wortel dan mencuci celana adek, mas Jundi menjadi imam sholat, mas Jundi yang bermain balok kayu. Wajah ceria yangengiringi membuat bunda rindu.
Setelah mas Jundi pulang, bunda kecup dengan penuh rindu.  mencocokkan keterangan ibu guru dan penjelasan mas Jundi dengan bertanya aktifitas apa di 'sekolah' hari ini, apakah mas jundi senang tadi di sekolah?, Apakah besok mau sekolah lagi atau bermain di rumah bersama bunda?

Ah sungguh anakku, dengan engkau ikut di PlayGroup menjadikan bunda semakin rindu. Semoga apa yang kami ijtihadkan diberkahi Allah ya nak.

Maafkan keterbatasan bundamu ini.

#tantanganharike6
#gamelevel3
#kuliahbunsayiip3
#pastibisa

Posting Komentar