Kegiatan bercerita atau membaca
buku bersama Bapak ketika hendak tidur merupakan momen yang paling saya tunggu
ketika kanak-kanak dulu.
Bahkan sebelumnya dengan rela hati
kami memijit badan Bapak dengan upah diceritakan sebuah dongeng atau dibacakan
buku.
Saya akan tenang dan khusyuk mendengarkan bapak bercerita atau membacakan buku. Bapak pandai berekspresi
ketika membaca atau bercerita. Sampai-sampai kami merasa seperti masuk ke dalam
cerita tersebut.
Momen tersebut sangat saya ingat
betul. Baik dari isi cerita ataupun peristiwa kecil yang saya alami bersama
Bapak.
Seringkali ketika usai bercerita, Bapak akan menanyakan kembali pada
kami apa isi cerita yang sudah beliau sampaikan. Pada akhirnya Bapak juga akan
menyimpulkan pesan dari cerita-cerita tersebut.
Saya merasakan betapa dengan cerita
bisa membentuk karakter saya
hingga saat ini. Melalui kegiatan bercerita pula, terbentuk pikiran
tentang image seorang Bapak. Bapak adalah orang yang penuh kasih, sabar,
dan juga pintar.
Pengalaman berharga bersama Bapak
ingin kembali saya ulang bersama anak-anak. Usia anak-anak merupakan momen berharga untuk membentuk
pikiran dan membangun karakter. Salah satu upaya yang efektif yaitu
dengan menerapkan kegiatan membaca dan bercerita.
Saya bersama suami berkomitmen
untuk menjadikan kegiatan membaca dan menulis menjadi salah satu agenda utama
keluarga kami.
Bermula dari komitmen tersebut kami
menyadari perlunya bekal untuk mewujudkan cita-cita tersebut.
Kami menyadari betul sebagai orang
tua akan menjadi contoh dan panutan untuk anak-anak. Sehingga kami selalu
membiasakan diri untuk menunjukkan keteladanan tersebut dengan kegiatan rutin
membaca buku, menulis, dan mengoleksi buku-buku bacaan yang bermanfaat yang
ditempatkan di perpustakaan keluarga.
Kami membiasakan anak-anak untuk
melihat orang tuanya selalu berinteraksi dengan buku. Kami juga mengkondisikan
mereka dekat dan berada di sekitar buku, misalnya seperti penataan buku di rak.
Buku anak-anak sengaja kami taruh di bagian bawah agar mudah terjangkau oleh
mereka.
Selalu senang dengan buku
Terus kalau buku rusak, buku
sobek bagaimana?
Namanya juga anak-anak hal itu wajar terjadi. Santai saja.Buku bisa kami
perbaiki tetapi usia anak tidak bisa kami ulang. Sebagai orangtua, kami
berusaha menjadikan setiap momen yang dirasa menyenangkan ataupun tidak
menyenangkan sebagai proses belajar.
Misalnya ketika buku rusak karena
dikoyak mas Jundi putra sulung kami. Kami akan mengajaknya untuk memperbaiki
bersama, semisal saya yg membubuhkan lem
kemudian Jundi yang menempelkannya. Momen tersebut sekaligus kami
gunakan untuk mengajak anak berempati,
kalau bukunya rusak kita akan susah membacanya, jadi kita harus menjaga
buku agar tidak rusak seperti ini.
Selain itu kami juga memiliki agenda rutin untuk
membaca buku bersama anak-anak. Kami membuat project keluarga yaitu pohon
literasi. setiap kali saya suami atau anak-anak selesai membaca buku maka kami
akan menempelkan sehelai daun dan ditempelkan pada pohon literasi.
Pohon Literasi
Project ini membuat
anak-anak menjadi lebih semangat untuk membaca buku. karena semakin banyak
membaca buku, mereka akan semakin banyak menempel daun di pohon literasi.
Kami membedakan warna daun-daun
literasi. Daun ayah berwarna merah,
untuk bunda daun berwarna coklat, dan untuk anak-anak daun berwarna hijau.
Pohon literasi itu akan dipenuhi
oleh bermacam-macam warna daun dan itu membuat anak semakin banyak membaca buku agar daun mereka
yang paling banyak tertempel di sana.
Karena anak-anak belum bisa membaca
tentu tugas saya dan suami untuk membacakan. Kegiatan membaca dan bercerita
biasa kami lakukan kapanpun dan dimanapun ketika kita mau. Namun waktu favorit
untuk membaca biasanya saat sebelum tidur atau saat sore hari ketika seluruh
anggota keluarga berkumpul.
Kini aktivitas membaca menjadi
salah satu kebutuhan di rumah. Bagi anak-anak mungkin kegiatan membaca itu
sendiri belum begitu terlihat manfaatnya bagi mereka. Tetapi bagi kami sebagai
orang tua sudah merasakan efek positif dari kegiatan tersebut.
Keberadaan kami sebagai orang tua terasa bet dibutuhkan anak-anak.
Melalui aktivitas membaca dan bercerita kami merasakan kedekatan yang lebih dengan anak-anak.
Keberadaan kami sebagai orang tua terasa bet dibutuhkan anak-anak.
hal lain yang saya rasakan dari
anak-anak lewat kebiasaan membaca buku ini adalah daya imajinasi mereka yang
terus meningkat. Mereka akan menanyakan atau menyimpulkan hal-hal yang
diceritakan sesuai keinginan mereka. Pertanyaan atau pernyataan tak terduga
sering terlontar dari mulut mereka. Itu maksudnya apa? Mengapa bisa begitu?
Jangan begitu? Gini aja lah!
Misalnya saat sebelum tidur, saya
pernah menceritakan tentang kisah burung elang dan ayam, yaitu cerita ayam yang
suka terburu-buru dan tidak amanah karena menghilangkan jarum emas yang sangat
penting bagi burung elang. Akhirnya burung elang marah kepada si ayam karena
jarum tidak berhasil ditemukan.
Saat mendengar cerita tersebut mas
Jundi banyak protes, merasa kasihan dengan ayam. Dengan inisiatifnya mas
Jundi mengubah ceritanya.
Mas Jundi mengubah cerita. Ayam yang menghilangkan jarum
emas milik Elang akhirnya pergi ke warung untuk membeli jarum emas yang baru,
kemudian mengembalikannya kepada burung elang. Akhirnya elang memaafkan dan
mereka tetap menjadi sahabat.
Dari peristiwa itu saya menjadi
belajar bahwa konten buku dan cerita
yang kita sampaikan kepada anak harus
menjadi perhatian utama. Bukan sebatas cerita yang seru dan menarik tetapi
lebih dari itu, nilai-nilai yang terkandung di dalam cerita itu yang lebih
utama. Karena itulah yang akan membentuk pikiran dan akhlak anak-anak.
Posting Komentar