Understanding Our Problem

Bismillahirrohmanirrahim...

 

“Cintai masalahmu!”

 Itulah pesan dari bu Septi Peni Wulandani founder IIP. Jangan terburu-buru untuk segera menyelesaikannya. Namun pahami secara mendalam hingga ke akarnya. Jadi saat mengambil solusi dari permasalahan akan tepat pada sumber masalahnya.

 

Hingga tahap ketiga perkuliahan di Kampus Ibu Pembaharu kami masih berkutat dengan Understanding Your Problem . Setelah sebelumnya kami sudah menentukan problem statement dan membangun tim.

 

Sebelumya saya ingin bercerita terlebih dahulu ya…

Awalnya saya ingin memiliki tim dari luar keluarga inti. Agar dampaknya bisa terasa langsung kebanyak orang dengan melakukan kampanye lagi. Namun setelah dipikir ulang, akhirnya saya mengurungkan diri. Saya akan memperkuat intern keluarga saya terlebih dahulu sembari memberi dampak. Karena saya menyadari kemampuan diri. Sehingga lebih enjoy dan memberikan kesempatan belajar jika memulai dari lingkup kecil dengan harapan semakin lama semakin berkembang.

 

Tim saya adalah keluarga inti terdiri dari 4 Anggota, saya, suami dan 2 putra. Nama tim kami adalah PENERBANG atas usulan  putra pertama kami. Kami akan menerbangkan cita-cita kami melalui jargon “Berdaya di Keluarga Bermanfaat di Masyarakat

 

Pada tahap ini kami bersama tim menetapkan satu masalah yaitu ‘Ketidakberdayaan Finansial Keluarga’. Selanjutnya melakukan metode startbursting, yaitu bentuk brainstorming yang lebih berfokus pada merancang pertanyaan untuk mendapatkan akar permasalahan. Pertanyaan yang meliputi 5W 1H (What,  why,  when, Where, Who, How)


 

Berikut hasil yang kami peroleh:

 

WHAT

1.   Apa saja pembahasan yang terkait dengan finansial keluarga?

Pembahasan terkait finansial meliputi  kondisi keuangan keluarga. Mulai dari mengelola, meningkatkan, memberdayakan sumber dana, mengalokasi dana sesuai pos, hingga membuat perhitungan risiko dan prospek di masa depan.

2.   Apa penyebab keluarga lemah finansial?

tidak mempunyai pekerjaan sampingan, tidak mempunyai ketrampilan, pekerjaan ada di sektor informal, berpartisipasi dalam kegiatan sosial di lingkungannya, membelanjakan uang untuk kebutuhan dasar, kurang adanya budaya menabung dan kurang mendapat kesempatan dalam pengambilan keputusan di berbagai bidang kehidupan, terbatasnya aksesibilitas layanan sosial, terbatasnya kepemilikan aset

3.   Apa yang terjadi jika keluarga lemah finansial?

Banyak berutang, miskin, percekcokan keluarga, perceraian

 

WHEN

1.   Kapan masalah finansial keluarga muncul?

Saat memulai berkeluarga

2.   Kapan keluarga dikatakan lemah finansial?


Menurut standar Garis Kemiskinan, di Indonesia pada tahun 2020  kategori miskin tercatat sebesar Rp 458.947/ kapita/bulan. Artinya kurang lebih Rp 15.000/hari/kapita.

 Bank dunia mengkategorikan sudah termasuk miskin jika pendapatan  1,9 dollar AS per kapita per hari atau setara Rp 798.200 per bulan atau sekira Rp 26.000/hari/kapita


3.   Kapan seharusnya mempelajari finansial keluarga?

Sebelum menikah sudah membekali diri

 

 

WHO

1.   Siapa keluarga yang mengalami  ketidakberdayaan finansial?

Mereka yang minim ilmu (cultural), dan atau mereka yang terdampak kebijakan sehingga mengalami kebuntuan (Struktural). Pada tahun 2020 tercatat 27,55 juta warga Indonesia.

2.   Siapa yang bertanggungjawab terhadap ketidakberdayaan finansial keluarga?

Personal anggota keluarga, kepala keluarga, lembaga yang menaungi

Setiap kalian adalah pemimpin dan setiap pemimpin akan dimintai pertanggung jawaban atas yang dipimpinnya (H.R. Bukhori)

3.   Siapa yang bertugas mengelola urusan finansial?

Suami berkewajiban memberikan nafkah (kemampuan menghasilkan) dan istri membantu mengatur

 

 

WHY

1.   Mengapa mereka tidak mampu meningkatkan pendapatan?

Karena minim kreativitas

-    Mengapa mereka minim kreatifitas?

Karena tidak dilatih sedari kecil untuk berpikir kritis dan solutif

-    Menapa kreativitas tidak dilatih dari kecil?

Keterbatasan pendampingan dan kesadaran orang tua terhadap keterampilan hidup

-    Mengapa pendampingan dan kesadaran orang tua terhadap keterampilan hidup anak terbatas?

Kurangnya wawasan dan kondisi pendidikan yang sudah tercetak sedemikian rupa

-    Mengapa kurangnya wawasan  orang tua dan kondisi pendidikan menjadi sebab?

Rendahnya kesadaran orang tua untuk belajar, pendidikan yang tidak mengacu pada kearifan local

-    Mengapa kesadaran orang tua untuk belajar rendah dan pendidikan yang tidak mengacu pada kearifan local?

Orang tua sudah sibuk dengan pekerjaan, tidak merasa penting untuk belajar lagi, tidak mengetahui manfaat belajar.

ketidak kemampuan system pendidikan  mengelola pembelajaran berbasis kearifan lokal

 

 

WHERE

1.   Dimana kasus kemiskinan banyak ditemukan?

Perkotaan maupun pedesaan

2.       Dimana mencari referensi untuk melatih life skill?

Seminar, komunitas, BLK (Balai Latihan Kerja)

 

 

HOW

1.   Bagaimana Pengelolaan Keuangan sehingga lemah finansial?

Lebih besar pasak daripada tiang

2.   Bagaimana peran suami dan istri yang memicu lemah finansial?

Kurang terbuka terkait pengaturan keuangan, boros, tidak memiliki cita cita jangka panjang

3.   Bagaimana kondisi keluarga yang lemah finansial?

Sering terjadi pertengkaran, banyak kasus anak anak terlantar

 

 

Sumber:

Cleopatra, Yuria Pratiwhi. 2019. Keluarga Muslim Cerdas Finansial. Smart Mom Community

https://kompaspedia.kompas.id/baca/paparan-topik/kemiskinan-pada-masa-pandemi-covid-19-konsep-potret-dan-strategi-pengentasan

https://ejournal.kemsos.go.id/index.php/mediainformasi/article/view/2295

 

#materi3

#jurnal3

#memahamimasalahbersamatim

#ibupembaharu

#bundasalihah

#darirumahuntukdunia

#hexagoncity

#institutibuprofesional

#semestaberkaryauntukindonesia

Posting Komentar