PROJEK LAPAK BACA MENARA CAHAYA #1

 

 

Memasuki usia mas Jundi yang ke-9 tahun membuat bunda dan Abi berusaha semakin fokus mendampingi agar fitrah yang sudah Allah  titipkan padanya bisa tumbuh dan berkembang dengan baik.  Berharap menjadi bekal untuk menemukan peran peradaban yang akan dia emban nantinya. Sebagaimana peran itu sudah Allah sematkan sejak ia diciptakan

Begitu cepat waktu berlalu, tahu-tahu sudah hampir diakhir fase pre aqilbaligh 1. Jujur bunda pribadi kadang deg-degan mendampingi Mas Jundi sebagai anak laki-laki yang kelak memiliki tanggung jawab besar. Kadang merasa “Apakah cara kami sudah tepat dalam mendampingi anak-anak?”.  Namun lagi-lagi nasihat para ustadz menghibur hati kami. Almarhum Ustadz Harry Santosa pernah menyampaikan bahwa, “lebih berat hukuman bagi yang melanggar perintah daripada yang melanggar larangan”. Hukuman syetan lebih berat dibandingkan nabi Adam. Tersebab syetan tidak mau melaksanakan perintah Allah untuk sujud kepada Nabi Adam. Sedangkan hukuman Nabi Adam dan Bunda Hawa lebih ringan karena melanggar memakan buah  quldi. Walaupun sebenarnya memang tidak ada hukuman yang ringan he…

“Tapi Engkau Maha Tahu ya Rabb, kami sedang melaksanakan perintahMu, untuk senantiasa menjaga anak-anak kami. Menjaga fitrah kebaikan dalam dirinya. Jika ada kesalahan dan pelanggaran dalam mendampingi dan mendidik mereka mohon ampuni kami ya Rabb, bimbing kami ya Rabb”

Apalagi yang bisa kami lakukan selain terus menambah ilmu, meminta petunjuk dan mohon ampun pada Allah. Sebagai salah satu ikhtiar yang kami lakukan untuk menjaga dan menumbuhkan fitrah anak-anak (dan juga fitrah kami sebagai orangtua) yaitu dengan mengadakan projek, salah satunya Lapak Baca Menara Cahaya yang perdana kami lakukan tanggal 09 Juli 2023.

ASAL MULA PROJEK

Usia 7-10 tahun anak sudah bisa dilatih untuk mengerjakan projek. Projek-projek sederhana bersama keluarga bisa banget dilakukan. selain bisa menguatkan bonding orangtua anak, membangun kebanggan terhadap keluarga, juga sebagai sarana mengasah soft dan hard skill terutama untuk anak anak. Awalnya Bunda menanyakan apa projek yang ingin Mas Jundi kerjakan. Tapi Mas Jundi tampak kurang antusias dan seperti bingung mau mengerjakan projek apa.  Saat itu jujur bunda merasa agak galau, Kok respon Mas Jundi begitu ya…

Alhamdulillah Allah beri kesadaran, saat itu juga Bunda putuskan memberdayakan sikap dan perasaan menjadi positif. “Inilah moment melatih diri, saatnya menjalankan peran sebagai orangtua pendidik”

Sejauh yang Bunda dan Abi amati, Mas Jundi sangat antusias dalam aktivitas berdagang. Beberapa kali projek berdagangnya berjalan dengan sukses. Mas Jundi sangat percaya diri ketika menawarkan dan seringkali menggunakan strategi ‘bonus’ agar dagangannya laris. Terbukti dagangannya memang laris.  Dari pertimbangan itu, Bunda memberikan usulan pertama yaitu projek  berdagang ‘lagi’. Agar naik level, kali ini berdagangnya di alun-alun saat car free day bertemu dan menawarkan dengan lebih banyak lagi orang. Usulan kedua, yaitu membuka lapak baca, karena memang Mas Jundi suka membaca dan di rumah kami juga memiliki cukup banyak koleksi buku bacaan. Namun lagi-lagi respon mas Jundi adalah “Mas, nggak mau”.

Bisa dibayangkan gimana perasaan Bunda? He..he.. alhamdulillah baik baik saja, stay calm karena hati udah lebih dipersiapkan. Lagi-lagi mengatakan pada diri sendiri “Inilah saatnya kembali melatih diri, ayo mainkan strategi, Bismillah”.

Bunda mencoba mengajak Mas Jundi diskusi layaknya orang dewasa, Bunda menjelaskan bahwa Mas Jundi tidak sekolah formal seperti teman-teman mainnya di perumahan. Belajarnya Mas Jundi juga tentu berbeda dengan mereka. Dan itu asyik, karena kita bisa menentukan sendiri bagaimana  cara kita belajar.

“Kalau Mas Jundi tidak setuju dengan usul Bunda dan Abi, tidak apa-apa. Tapi Mas Jundi harus bisa menentukan projek apa yang mau dikerjakan, tentunya yang Mas Jundi suka. Nanti Abi dan Bunda insyaallah siap mendukung”, Bunda berusaha meyakinkan apapun putusan Mas Jundi kami akan terima.

Akhirnya dengan raut yang terlihat lebih antusias Mas Jundi memutuskan untuk membuka lapak baca, bahkan kali ini Mas Jundi mengusulkan sesuatu yang membuat Bunda berbinar, karena ini  pertanda Mas Jundi sudah memilih tanpa paksaan.

“Bagaimana kalau Mas Jundi sambil jualan, Mas Jundi mau jual mainan” usulnya.

Yup dia ingin menjual mainan bekas miliknya yang masih layak tapi sudah bosan dia mainkan. Tentu saja kami setuju. Hal  itupun pernah dia lakukan sebelumnya.

Rencana kami cukup mendadak memang. Saat itu hari Jum’at dan kami akan melaksanakan projek dihari ahad. Otomatis persiapan hanya dua hari saja.  Hari itu juga kami langsung berbagi tugas. Abi bertugas mendesain dan mencetak  banner. Bunda mendesain undangan terbuka. Mas Jundi dan Dek Firaz menyiapkan karpet dan memilih buku yang akan dibawa.

PRA PROJEK

Adek tampak begitu bersemangat, dia mengambil karpet yang Bunda taruh di atas lemari plastik. Tahu-tahu dengan wajah sumringah dia mendatangi Bunda sambil membawa karpet yang tingginya hampir sama dengan tubuhnya, “Ini karpetnya Bund!”

Gimana ceritanya, bocah kecil ini bisa mengambil karpet padahal posisinya ada di atas lemari plastik yang cukup tinggi untuk ukurannya. Masih didalam plastik besar pula. Sisa-sisa perjuangan camping beberapa waktu lalu dan belum dicuci. Sebenarnya sengaja, karena mau buat piranti camping lagi. Tapi nggak gitu juga sih seharusnya wkwkwk .

Dan ternyata dia menarik kursi makan, naik dan menarik karpet. Bahkan bukan cuma karpet, semua harta karun di atas lemaripun ikut ketarik dan jatuh bertebaran di lantai. Tentu saja jadi ekstra kerjaan buat Bunda. But no problemo, inisiatif dan usahanya sangat hebat, tidak sebanding dengan hanya membereskan harta karun itu. Selanjutnya tanpa perintah, kedua pemuda kecil berinisiatif dan meminta ijin mencuci karpet di depan rumah. Tentu saja mereka bahagia. Mencuci karpet artinya bebas bermain air he..he..

Mencuci Karpet

Menara cahaya adalah nama perpustakaan keluarga kami. Namun rasanya kurang afdol kalau tidak ada logonya. Bunda berinisiatif membuat logo dan sekaligus mengubah logo keluarga kami “PENERBANG” agar tampak lebih fresh. Diskusi dengan Abi bisa dilakukan kapan saja. Kadang kalau salah satu ada agenda diluar kami diskusi via WA, fleksibel sekali.

Hari sabtu Abi cetak banner, Mas Jundi dan Dek Firaz memilih buku. Bunda sendiri mulai share undangan terbuka di grup ibu-ibu perumahan, Ilalang school, grup ngaji, dan status WA, beberpa merespon akan datang dan banyak yang reshare undangan yang Bunda bagikan. Masyaallah Jazakumullah khoiron untuk teman dan sahabat yang sudah turut mendukung projek kami. Semoga Allah membalas dengan limpahan kebaikan. Aamiin.

Undangan Terbuka

Siangnya, Bunda terbersit ide buat stiker. Bunda sampaikan ide ke Mas Jundi gimana kalau jual stiker. Dia setuju, kita langsung eksekusi. Bunda mendapuk Mas Jundi dan adek sebagai tim quality control. Tentu saja Mas Jundi sebagai leadernya. Tugas mereka  menentukan stiker mana yang layak dijual. Terkadang ada perbedaan antara mereka dalam menentukan.  Mas Jundi cukup ketat dalam menyeleksi stiker. Bunda tidak ikut campur cukup memperhatikan  saja. Setelah beres, selanjutnya mereka berdua packing setelah sebelumnya bunda beri contoh. 

Tim Quality Control Beraksi

Dalam penentuan harga Mas Jundi mengusulkan harga dengan jurus andalannya yaitu bonus. Beli  5 stiker ‘bonus’ 2 stiker. Pokoknya mas Jundi banget lah

Tak terasa persiapan 2 hari alhamdulillah beres, Malamnya Bunda masih melengkapi apa-apa yang kurang. Abi bertugas mengajak mereka tidur cepat agar besok pagi badan segar, tentu saja sepaket dengan tugas membacakan buku.  

ON PROJEK

Ahad pagi, seperti biasa Mas Jundi sholat subuh ke mushola bareng abi. Adek Firaz masih banyak pemakluman alias masih bobok cantik. Sepulang dari mushola, Mas Jundi  dapat jatah main tablet 10 menit. Begitu beres langsung bangunin adek. Adek sholat subuh dan dapat jatah 10 menit juga, lumayan Mas Jundi dapat tambahan nonton dengan menebeng lihat punya adek he.. Setelah itu keduanya bergegas mandi. Bunda sengaja tidak buat sarapan, karena ahad pagi adalah pecel day untuk keluarga PENERBANG.

Sebelum berangkat, Bunda dan Mas Jundi mendata buku yang akan dibawa. Mas Jundi bertugas menyebutkan buku dan menata di koper. Tugas Bunda menulis dan checklist buku yang sudah dimasukkan ke dalam koper.  Setelah buku tertata rapi dalam koper, dengan sekuat tenaga Mas Jundi menarik dan mengangkat untuk dibawa ke garasi. Abi menyiapkan banner yang sudah dirakit, adek membawa karpet. Kita berangkat pukul 06.30 WIB. Sebelum berangkat  kami berdoa semoga projek berjalan dengan lancar dan Allah berkahi.

Persiapan Berangkat ke Alun-Alun

Jalan menuju alun-alun tampak mulai ramai. Sepertinya tak sampai 5 menit kami sudah sampai. Sebagian pedagang sudah menata barang dagangannya. Ada juga yang masih siap siap. Karena baru pertama kali, kami menemui petugas satpol yang sedang berjaga. Meminta ijin sekaligus minta arahan tempat untuk buka lapak. Diarahkanlah kami di depan lapak jasa mewarnai. Kami ikuti saja instruksi yang diberikan, bahkan petugas satpol mengingatkan penjual  arum manis  untuk memindahkan dagangannya  yang berada di luar batas.

Saat kami menggelar alas duduk  tiba tiba ada seorang ibu yang datang. Ibu itu menegur kami, “Ibu, ini tu jalan, nanti menutupi dagangan saya”, kurang lebih begitu yang dia sampaikan dengan berusaha memasang senyum tapi tampak sedikit menyimpan kesal

Kami tidak ingin berdebat, walau sebenarnya kitapun hanya mengikuti arahan.  Tak ada respon dari petugas satpol yang melihat kejadian itu. Akhirnya kami pindah lokasi. Kita memilih tempat di belakang jasa mewarnai. Tepatnya di trotoar samping gedung BAZNAS. Alhamdulillah kami menggelar karpet dengan suasana aman dan damai wkwk.

Mas Jundi dan adek mulai menata buku. Apalagi saat menggelar stiker jualannya tampak antusias sekali. sedangkan idenya untuk menjual mainan bekas tidak jadi guys he..he..


Mas Jundi Menata Stiker

Lima belas menit pertama, lapak buku Menara Cahaya hanya diramaikan dengan kami saja. Mas Jundi dan Abi asyik membaca bukunya masing-masing. Bunda membacakan adek buku Mengapa Islam Menakjubkan terkait organ tubuh mata, hidung, telinga. Lima belas menit kedua, lapak mewarnai di depan kami sudah kedatangan pengunjung, permainan pasir di sebrang  juga sudah didatangi seorang ibu juga anak perempuannya. 

 

Mas Jundi sudah mulai gelisah, “Kok tempat kita belum ada yang datang ya…”

Bunda menjelaskan, “Hari pertama wajar kalau masih sepi mereka belum kenal, yang penting  kita menunjukkan kalau membaca itu asyik dan bermanfaat”

 

Namun tak berapa lama datanglah Abah Apri Founder Ilalang school bersama putranya berkunjung ke lapak kami. Selanjutnya datang lagi keluarga ilalang yang lain, lanjut beberapa orang juga datang, masyaallah. Alhamdulillah Mas Jundi mulai sumringah. Bahkan stiker Mas Jundi juga terjual, dia mengitung jumlah uang yang diterima apakah sudah sesuai atau belum. Alhamdulillah berhasil mengumpulkan uang Rp 20.000,- .

Tentu saja disela-sela itu tak lupa kami sarapan pecel di ibu pecel langganan kami. Mas Jundi dan adek dengan format Lontong dan bihun tanpa cabai. Mas Jundi 1 porsi adek 1/2 porsi. Bunda dan Abi pesan lontong dengan sayur lengkap tanpa gorengan dan tentunya pakai cabai, tambang bawang putih, dan sedikit perasan jeruk purut. Sedaap.


Alhamdulillah Lapak Baca Mulai Ramai

Merapikan Buku dan Stiker

Pukul 09.00 WIB border akses ke alun-alun sudah mulai dibuka, motor dan mobil sudah mulai bisa melintas. Pemilik lapak-lapak jualan juga sudah mulai merapikan dagangannya. Otomatis kamipun ikut membereskan lapak. Mas Jundi dan adek Firaz mulai menata dan memasukkan buku ke dalam koper.  Abi merapikan banner dan finally melipat karpet.

Kami membawa perlengkapan menuju parkiran. Tak sengaja bertemu dengan ibu-ibu yang tadi pagi menegur kami sedang bersama dengan 2 ibu lainnya. Dengan wajah yang ramah beliau menyapa kami, “Bu, maaf ya tadi pagi, sebenarnya saya tidak enak. Bagaimana bu banyak yang berkunjung?”, suaranya begitu renyah dan enak didengar

“Tidak apa-apa bu kami juga baru buka lapak, kalau tidak diingatkan kami juga tidak tahu. Alhamdulillah sudah ada yang berkunjung”, jawab Bunda berusaha seramah mungkin.

“Kayaknya, kalau untuk lapak buku, di alun-alun dalam boleh bu”, ibu itu menunjuk arah dekat air mancur.

Namun temannya menimpali,  “Tapi ditempat ini juga nggak papa bu, kalau disana takutnya malah sepi”

“Oh iya, terimakasih banyak ya bu”, lanjut kami berpamitan untuk pulang duluan.

 

Membawa Perlengkapan Pulang


PASCA  PROJEK

Saat pulang Bunda berboncengan dengan Mas Jundi. Tak ingin menduga, Bunda mengkonfirmasi perasaan Mas Jundi  saat menjalankan projek hari ini.

“Mas Jundi kalau skor 1-10, perasaan senang Mas Jundi menjalankan projek ini sekornya berapa?” tanya Bunda

Terdengar suara renyah dibelakang, agak kabur terbawa angin, “Sepuluh Bund”

Bunda langsung ngerasa nyeeess,  adem rasanya, “Ahad besok mau buka lapak lagi?”

“Iya mau”

Dari projek ini bukan hanya Mas Jundi yang mendapat banyak pengalaman. Alhamdulillah Bunda sendiri merasa mendapatkan banyak insight dan dan mendapatkan tekat yang lebih kuat. Semoga Allah mampu dan kuatkan untuk mendampingi mereka. Yakin bahwa Allah tidak pernah salah memilih pundak. Orangtua adalah pendidik terbaik untuk anaknya. Kalau bukan kita orang tuanya, siapa lagi yang akan lebih peduli pada mereka.

Tugas Bunda masih berlanjut, hasil pengamatan projek lapak baca Bunda rapikan menjadi sebuah portofolio Mas Jundi. Format portofolio sejauh ini menyesuaikan selera Bunda, dengan minimal standar isi mengacu pada isian format portofolio yang pernah Bunda dapatkan saat belajar dengan Bu Diena dari AB Home. Pada portofolio Mas Jundi, Bunda menambahkan capaian 8 Fitrah sebagai bahan evaluasi. Mohon doanya dari semua pembaca semoga Bunda dan kita semua  Istiqomah dan selalu di jaga Allah dalam mendampingi buah hati kita, Sang Tokoh Peradaban masa depan. Jazakumullah khoiron 

Spiil Portofolio


 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

  


Posting Komentar